Bermukim di Jerman delapan tahun terakhir membuat saya sering merasa malu tentang pengetahuan tempat-tempat wisata di Indonesia yang sangat terbatas. Apalagi, tipikal orang asing ketika berkumpul, walaupun itu kegiatan kampus, disela-sela pekerjaan atau konfrensi, tidak jarang yang dibicarakan adalah tentang budaya, wisata, kuliner dan iklim di negara asal temannya. Disamping itu, terkadang ada beberapa kegiatan resmi yang melibatkan kampus atau pemerintah kota, yang meminta kita untuk memperkenalkan Indonesia.
***
Selain Danau Toba, Bandung, Bali dan Jogja, saya belum pernah menyusuri tempat-tempat wisata di tanah air secara khusus. Rasa malu itu semakin bertambah ketika orang-orang Jerman atau Eropanya sendiri telah terlebih dahulu menginjakkan kaki di tempat wisata yang belum pernah saya kunjungi. Atau ketika mereka kemudian meminta saran tentang tempat wisata di daerah timur; lalu saya hanya bisa berkata “nanti saya kabari,” padahal saya hanya mengulur waktu agar bisa mencari tahu lewat google terlebih dahulu.
Ya, masalah seperti ini memang bisa diatasi dengan mesin pencarian google atau mencari buku panduan. Akan tetapi, bagaimanapun juga, dengan mengunjungi langsung tempat-tempat wisata tersebut, maka pengalaman itu akan terekam dalam memori untuk jangka waktu yang lama, dimana saya bisa leluasa untuk membukanya kapan saja. Karena itu, ada banyak tempat-tempat wisata di tanah air yang ingin saya kunjungi, seperti juga Pulau Komodo.
“Pulau Komodo adalah habitat asli Komodo. Hewan bernama Latin, Varanus komodoensis adalah kadal terbesar di dunia. Beratnya rata-rata 70 kilogram. Dengan penglihatan tajam, gigi setajam pisau, liur beracun, dan kemampuan berburu luar biasa. Komodo bisa bergerak dengan kecepatan 20 kilometer per jam [1].“
Dengan mengetahui keunikan hewan tersebut. Maka sejak hampir dua tahun lalu, saya juga memasukkan list “Pulau Komodo” kepada teman-teman yang bertanya tentang wisata di Indonesia. Apalagi setelah pulau ini resmi diumumkan masuk “the new seven wonders of nature” di Zurich pada tanggal 11 November 2011 lalu, jadi, memposisikan pulau ini di promosi pertama tidak lagi salah. Jangankan mereka, saya pun tidak sabar menunggu kesempatan untuk bisa berkunjung ke pulau yang dikenal karena hewan purba Komodo-nya, dimana hewan ini diyakini sudah ada sejak 40 juta tahun lalu dan diduga kuat merupakan naga yang pernah ada di bumi ini [2].
Selain Pulau Komodo, saya juga ingin mengunjungi Pulau Rinca, mencoba snorkelling di Pantai Merah, mengunjungi wilayah konservasi burung kakaktua jenis Sulphurea Hill, Gili Laba, Pulau Bidadari dan Pulau Kanawa [3] dan tentunya, saya juga ingin melihat lebih dekat kehidupan masyarakat setempat dimana disebutkan bahwa di Pulau Rinca komodo masih berkeliaran bebas diantara rumah-rumah panggung penduduk.
“Seperti apa ya rasanya?”
Awal bulan depan, seorang teman Jerman akan berpetualang dimulai dari Pulau Komodo dilanjutkan ke beberapa negara tentangga. Berbenturan dengan salah satu kegiatan utama, maka, saya tidak bisa ikut ke Pulau Komodo. Ketika saya tanya, “apakah berani sendiri?” Dia menjawab, “kenapa tidak? Bahkan adalah sebuah kebanggaan bagi orang Jerman jika berhasil survive di negara orang sendirian.” katanya menambahkan.
“Oke!”
Semoga giliran saya berkunjung ke Pulau Komodo dan sekitarnya bisa segera terwujud. Walau dalam waktu dua bulan ke depan saya ada di tanah air, namun, menjangkau Pulau Komodo sendiri mungkin belum bisa saya lakukan. Adakah yang mau ajakin setelah pertengahan Februari?
Sebelum berpikir mengunjungi Halong Bay di Vietnam yang juga sama-sama dalamthe new seven wonders of nature, mari mempertimbangkan mengunjungi Pulau Komodo terlebih dahulu.
Komodo (Sumber:http://nature.new7wonders.com)
0 comments:
Post a Comment